Menjual Hak Guna Kios



Menjual Hak Guna Kios

Deskripsi Masalah


Sudah berlaku secara umum, masalah menjual belikan stand/kios pasar yang dalam ijab qabulnya jual beli tempat, padahal pembeli tidak dapat memiliki stand/kios tersebut dengan sepenuhnya hanya memiliki wewenang untuk menempati bukan memiliki.


PERTANYAAN

Bagaimana hukum jual beli tersebut?


JAWABAN

Boleh apabila yang dimaksud dengan jual beli tersebut adalah:

a. Menjual manfaat stand/kios.

b. Mengalihkan hak sewa.


Dasar Pengambilan Hukum


a. Hasyiyah I'anah ath-Thalibin, III/109:

فَانْدَفَعَ مَا وَرَدَ عَلَى التَّعْرِيْفِ الْمَذْكُوْرُ بِأَنَّهُ غَيْرُ مَانِعِ لِصِدْقِهِ عَلَى الْجُعَالَةِ وَعَلَى الْمُسَافَرَةِ نَعَمْ يُرَدُّ عَلَيْهِ بَيْعُ حَقِّ الْمَمَرِ فَإِنَّهُ تَمْلِيْكُ مَنْفَعَةٍ بِعِوَضٍ مَعْلُومٍ وَهُوَ بَيْعٌ لَا إِجَارَةً واجيبَ عَنْهُ بأَنَّهُ لَيْسَ بَيْعًا مَحْضًا بَلْ فِيْهِ شَوَابُ إِجَارَةٍ وَإِنَّمَا سُمِّيَ بَيْعًا نَظَرًا لِصِفَتِهِ فَهُوَ اجَارَةً مَعْنًى.

Menjual hak guna jalan, ini adalah pemilikan hak pakai dengan biaya tertentu, maka disebut jual beli bukan sewa-menyewa. Tetapi hal ini

tidak sepenuhnya disebut jual beli, namun ada unsur sewa-menyewa juga. Disebut jual beli karena faktor bentuknya, dan disebut sewa-menyewa karena faktor subtansinya.


b. Al-Asybah Wa an-Nadzair, 112:

وَمِنْهَا: لَوْ عَقَدَ الإِجَارَة بِلَفْظِ البَيْعِ فَقَالَ: بِعْتُكَ مَنْفَعَةَ هَذِهِ الدَّارِ شَهْرًا، فَالْأَصَحُ لا يَنْعَقِدُ نَظَرًا إلَى اللَّفْظِ. وَقِيلَ يَنْعَقِدُ نَظَرًا إِلَى الْمَعْنَى

Jika ada transaksi sewa-menyewa dengan redaksi jual beli, seperti: Saya jual hak pakai rumah ini selama sebulan. Menurut pendapat yang kuat tidak sah, dari sisi redaksi. Ada yang mengatakan sah, dari sisi subtansi.


c. Al-Muhadzdzab, I/395:

(فَضْلُ) وَيَنْعَقِدُ بِلَفْظِ الْحِجَارَةِ لأَنَّهُ لَفْظُ مَوْضُوعُ لَهُ وَهَلْ يَنْعَقِدُ بِلَفْظِ الْبَيْعِ فِيْهِ وَجْهَانِ أَحَدُهُمَا يَنْعَقِدُ لأَنَّهُ صِنْفُ مِنَ البَيْعِ لأَنَّهُ تَمْلِيْكُ يَتَقَسَّطُ الْعِوَضُ فِيْهِ عَلَى الْمُعَوَّضِ كَالْبَيْعِ فَانْعَقَدَ بِلَفْظِهِ

Jual beli diperbolehkan menggunakan redaksi sewa-menyewa, sebab redaksi itu memang dapat digunakan untuk jual beli. Bolehkah sewa-menyewa dengan redaksi jual beli? Ada dua pendapat, salah satunya menyatakan boleh karena sewa-menyewa bagian dari jual beli.


d. Al-Muhadzdzab, I/403:

(فَصْلٌ) وَلِلْمُسْتَأْجِرِ أَنْ يُؤَجّرَ العَيْنَ الْمُسْتَأْجَرَةَ إِذَا قَبِضَهَا لأَنَّ الإِجَارَةَ كَالْبَيْعِ وَبَيْعُ الْمَبِيْعِ يَجُوزُ بَعْدِ الْقَبْضِ فَكَذَلِكَ إِجَارَةُ الْمُسْتَأْجِرٍ وَيَجُوزُ مِنَ الْمُؤْجِرِ وَغَيْرِهِ كَمَا يَجُوزُ بَيْعُ الْمَبِيْعِ مِنَ الْبَائِعِ وَغَيْرِهِ .اهـ.


Bagi pihak penyewa diperbolehkan menyewakan lagi barang yang ia sewa kepada orang lain sebab sewa-menyewa seperti jual beli. Menjual kembali barang yang dibeli hukumnya boleh, begitu pula bagi penyewa, baik disewakan kembali kepada pemiliknya atau kepada orang lain, sebagaimana boleh menjual kembali sesuatu yang dibeli, baik kepada penjual atau orang lain.

Berbagi

Posting Komentar