Part II Kisah KH Sulaiman Kurdi: Dedikasi Murid, Menapaki Jalan Guru

 

Kisah KH Sulaiman Kurdi: Dedikasi Murid, Menapaki Jalan Guru


Di balik gemerlap ilmu pengetahuan dan kesuksesan, terdapat sosok mulia yang tak kenal lelah dalam menerangi jalan kehidupan, yaitu guru. Guru merupakan orang yang mendidik dan mengajari berbagai ilmu pengetahuan.

Ia bagaikan pelita ilmu yang menuntun kita menembus gelapnya ketidaktahuan, mengantarkan kita menuju gerbang masa depan yang cemerlang, maka dipandang tidak berlebihan jika seorang murid berkomitmen dengan frasa Sami'na wa atho'na, atau "kami dengar dan kami patuhi", Ungkapan ini mencerminkan rasa hormat dan ketaatan murid kepada guru yang telah mendidiknya

Setinggi apapun pangkat dan jabatan seorang murid, tetap berhutang budi kepada guru yang telah memberikan banyak macam ilmu.

Menuruti apa kata guru merupakan satu kewajiban seorang murid. Bahkan saat ada kejanggalan terhadap perintahnya, selagi hal itu tidak bertentangan dengan syariat, seperti halnya yang telah dicontohkan oleh Nabi Khidir terhadap nabi musa. Karena pada hakikatnya, guru mengetahui hal-hal rahasia yang belum diketahui oleh murid-muridnya 

Begitupun dengan apa yang di alami KH. Sulaiman Kurdi, salah satu santri Aswaj Ambunten Sumenep, beliau tetap setia dan patuh terhadap apa yang diputuskan oleh gurunya, tanpa pertanyaan apapun dalam benaknya, tanpa basa basi dan siap dengan segala konsekuensi demi mengikuti apa perintah gurunya.

Salah satu kisah yang menjadi inspirasi bagi kita, pada tahun 1998. KH. Unais Ali Hisyam putra KH Ali Hisyam Ali Wafa (Pengasuh PP. Aswaj Ambunten) mengambil keputusan untuk terjun di salah satu partai politik yang baru saja didirikan, yakni Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), pada masa itu gejolak politik tengah mengalami kepanasan, 

Namun dengan kepatuhan terhadap gurunya, KH Sulaiman Kurdi berdiri teguh sebagai salah satu pengikut setia. Stigma negatif terhadap PKB pada masa itu, begitu kental, bahkan diwarnai dengan tuduhan kekafiran. KH Sulaiman Kurdi tak gentar untuk mengikuti perintah gurunya, meskipun secara pribadi beliau tidak memiliki pemahaman mendalam tentang politik, hal ini menandakan tekadnya untuk mentaati perintah guru begitu kuat.

Ditengah menjalani apa yang beliau perjuangkan dan mesyiarkan identitas politik di tempat tinggalnya, beliau sering menghadapi berbagai cobaan, bukan hanya soal stigma dan tuduhan kafir, tapi soal ancaman fisik juga beliau alami. Akan tetapi kegigihan beliau tak pernah surut, bahkan semakin gigih untuk membesarkan Partai lebah itu, karena bagi santri aswaj itu, guru adalah sosok panutan yang patut dihormati dan ditaati. Ketaatan kepada KH Unais Ali Hisyam sebagai putra dari gurunya, bukan hanya karena rasa hormat, tetapi juga karena adanya keyakinan bahwa gurunya memiliki visi dan misi yang mulia.

KH Unais Ali Hisyam, dikenal sebagai ulama yang bijaksana dan berwawasan luas, serta memiliki komitmen yang tinggi terhadap agama dan bangsa. Kepercayaan KH Unais Ali Hisyam terhadap PKB sebagai partai yang memperjuangkan nilai-nilai Islam dan nasionalisme menjadi alasan utama bagi KH Sulaiman Kurdi untuk ikut bergabung.

Kisah dedikasi Pengasuh PP Al Miftah ini tak berhenti di PKB. Dalam organisasi Nahdlatul Ulama (NU), beliau juga menunjukkan komitmennya yang kuat. Di Pamekasan, NU saat itu terhitung sebagai minoritas, namun KH Sulaiman Kurdi tak gentar untuk menunjukkan identitasnya sebagai Nahdliyin. Ketaatannya kepada guru di Ambunten, yang semuanya merupakan anggota NU, menjadi landasan baginya untuk tetap teguh dalam organisasinya. Hingga saat ini beliau tetap Istiqomah dalam mensyiarkan organisasi yang didirikan oleh KH Hasyim Asy'ari itu.

Beliau pernah mengungkapkan, "Saya tidak tahu NU baik apa tidak, Saya jadi bagian dari NU karena KH. Thaifur Ali Wafa (Saudara KH Ali Hisyam Ali Wafa) bagian dari NU, dan saya yakin guru-guru saya baik dan bisa menuntun ke surga kelak."

Kalimat ini memancarkan ketulusan dan dedikasi KH. Sulaiman Kurdi terhadap guru-gurunya. Beliau tidak terikat oleh keraguan, memilih untuk bergabung dengan NU karena keyakinannya pada kehormatan guru.

Hidup di tengah lingkungan yang berbeda mememang terasa berat. Setiap langkah penuh rintangan, setiap helaan nafas diiringi rasa asing, namun apabila dilandasi atas ketaatan kepada guru, semua akan berakhir dengan kebahagiaan.

Kisah lain yang semakin memperkuat ketaatan KH Sulaiman Kurdi kepada gurunya adalah saat pemilihan presiden dan wakil presiden pada tahun 2019. Mayoritas warga Nahdliyyin, khususnya ulama Nahdliyyin memberikan dukungan kepada Presiden Joko Widodo karena beliau berpasangan dengan KH Ma'ruf Amin, Rois AM PBNU saat itu.

Beliau bisa saja merasa asing dengan adanya perbedaan pilihan dengan para sahabatnya, namun KH Sulaiman Kurdi tetap ibarat pohon yang berakar kuat, mematuhi instruksi guru dan mengabaikan komentar yang tak konstruktif.

Dedikasi KH Sulaiman Kurdi terhadap guru dan organisasi patut menjadi teladan bagi kita semua. Beliau menunjukkan bahwa ketaatan kepada guru nomor satu, selagi tidak melanggar rambu-rambu syariat Islam.

Semoga kisah ini bisa bisa dipetik hikmahnya.

Baca Juga : Part I Kisah KH Sulaiman Kurdi; Dari Kebersahajaan Menuju Keberkahan 

Berbagi

1 komentar

  1. Anonim
    Dengan menyatu apa kata guru insyaAllah hidup kita sukses. Amiin