Asal Usul dan Hikmah Haid


 ВАВ І
ASAL-USUL HAID

Seorang perempuan, sesuai tabiat, mengeluarkan darah lewat vaginanya, bukan karena penyakit, terluka, atau bekam, tapi keluar dari rahimnya, yang dinamakan haid oleh orang Arab.

Tabiat ini sudah sejak dahulu. Bermula dari Ibu Hawa ketika di surga yang dirayu Iblis terlaknat agar memotong pohon khuldi, padahal mendekat saja dilarang oleh Allah Ta'ala.

Getah pohon khuldi tersebut lalu keluar dan mengenai Ibu Hawa. Sebagai balasan dari murka Allah, vaginanya keluar darah, lalu berhenti, lalu keluar darah lagi hingga masanya habis setiap bulannya. Dan itu berlanjut sampai sekarang pada keturunannya.

Oleh karena itu, dapat dipastikan bahwa seorang perempuan yang tidak hamil dan dalam keadaan sehat, akan mengeluarkan darah haid. Jika mereka tidak mengeluarkan darah, biasanya mereka terkena penyakit yang akibatnya dia terlihat pucat dan makan-tidur pun tidak enak, karena darah haid itu sudah ditetapkan Allah sebagai kotoran.

Sebagaimana firmanNya,

قل هو أذى

Katakanlah wahai Muhammad, "Haid itu adalah suatu kotoran.

Maka agar tetap sehat, darah haid itu harus keluar, seperti halnya darah bekam.


BAB II
HIKMAH HAID YANG DIBERIKAN ALLAH KEPADA SEORANG PEREMPUAN

Meskipun Allah Mahakuasa, bukan berarti seenaknya sendiri menciptakan atau memberikan sesuatu yang tidak ada manfaatnya. Semua makhluk, baik berupa tungau, cacing keremi yang dapat meloncat, atau makhluk melata seperti bekicot, pasti semuanya itu ada manfaatnya. Hanya saja manusia yang tidak mengetahui.

Karena itulah Allah menjadikan haid itu bukan sebagai hal kecil atau remeh. 

Disini penulis hanya menjelaskan sebagian hikmahnya, yaitu:

Pertama, karena seorang perempuan nantinya akan membersihkan kotoran dan najis pada anak-anaknya yang masih kecil, maka Allah mengajarinya atau melatihnya dengan rupa haid, sehingga dia tidak akan canggung lagi dalam merawat anak-anaknya nanti serta mengerti cara menyucikannya.

Kedua, karena seorang perempuan nantinya menjadi seorang istri setelah menerima mahar dari suaminya, maka dia mempunyai kewajiban terhadap suaminya, misalnya melayani suaminya dalam hal seksualitas, sehingga dia akan menerima atau hal terkena kotoran suaminya berupa sperma yang menjijikkan itu. Oleh karenanya, sejak muda dia dilatih dengan kotoran darah haid tadi agar tidak merasa canggung ketika menjadi istri dan terbiasa melakukan kebersihan atau bergegas mencuci pakaian suaminya yang kotor serta senang membersihkan apa pun yang kotor di rumahnya, baik itu pakaian, tempat, maupun badannya.

Dapat diumpamakan bahwa istri itu sebagai perawat bagi suami dan anaknya, yang merawat kebersihan dan kesehatan dikeluarganya.

Ketiga, karena seorang wanita itu tidak diberi sperma yang mengumpul dan menjadi bahan makanan si janin di rahim, maka sperma seorang laki-laki yang dapat mengumpul menjadi janin, dan ia dapat menjadi besar dan keluar dagingnya itu karena adanya makanan berupa darah haid.

Jadi tumbuhnya janin itu karena tiga hal, (a) ayah menyumbang tulangnya, (b) ibu menyumbang darah, air, otot, dan daging, dan (c) Allah yang memberi ruh, sehingga pancaindra berfungsi dan memberi akal sebagai penunjuk kepada kebaikan. 

Sebagaimana dalam QS. al- Nahl:78,

والله أخرجكم من بطون أمهاتكم لا تغلون شيئا وجعل لكم الشمع والأبصار والأقدة. لعلكم تشكروت

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kamu bersyukur.


Keempat, Allah menciptakan seorang perempuan dengan dibekali watak malu. Akan tetapi hawa nafsunya yang menang, dan karena itulah dia suka bepergian atau jalan-jalan. Makanya dia diberi penghambat berupa darah haid yang mengotori pantatnya, sehingga dia merasa berat atau enggan untuk bepergian.

Kelima, Haid itu dapat menjadi tanda memasuki baligh.

Keenam, haid itu dapat menjadi tanda mulainya iddah.

Ketujuh, haid itu dapat menjadi tanda tidak hamil.

Kedelapan, haid dapat menyebabkan awetnya rasa cinta. Sebab ketika istri sedang haid, suami bertahan tidak menggaulinya. Sehingga ketika istri itu sudah suci dari haidnya, mereka bagaikan mempelai baru.

Hikmah-hikmah haid di atas, penulis serahkan kebenarannya kepada Allah Ta'ala Yang Maha Mengetahui terhadap hikmah yang sebenarnya dan rahasia segala sesuatu.

Wallahu a'lam.

Berbagi

Posting Komentar