Menanggapi Menteri Agama tentang Pengeras Suara

Viral belakangan ini terkait dengan kebijakan Mentri Agama Yaqut Cholil Qoumas menjelang bulan Ramadhan. Yang menetapkan tidak boleh menggunakan penge

Tadarus Mengganggu Orang lain?!

Deskripsi Masalah

Viral belakangan ini terkait dengan kebijakan Mentri Agama Yaqut Cholil Qoumas menjelang bulan Ramadhan. Yang menetapkan tidak boleh menggunakan pengeras suara luar ketika Shalat Tarawih dan tadarus baik di masjid atau mushollah. Kebijakan tersebut dipandang kontroversi dikalangan masyarakat sehingga terjadi pro dan kontra

Pertanyaan

Sebenarnya bagaimana pandangan syariat Islam terkait dengan kebijakan tersebut?

Jawaban

Ramadhan merupakan waktu yang sangat istimewa, dan sudah sewajarnya umat Islam memperbanyak ibadah, terkhusus shalat tarawih dan memperbanyak baca Al-Qur'an, mengingat amalan-amalan Sunnah dilipatgandakan pahalanya. Apalagi amalan yang sifatnya wajib, harus lebih ditingkatkan lagi.

Namun, yang perlu diperhatikan, semangat ibadah kita perlu dilandasi dengan ilmu dan juga etika, agar supaya ibadah yang kita jalankan bernilai tinggi bagi Allah SWT.

Sedangkan untuk menjawab kebijakan Mentri agama RI, yang menghimbau tidak menggunakan pengeras suara luar ketika shalat tarawih dan tadarus, hal ini sudah dijawab tuntas oleh para ulama.

Pertama, dalam kitab bughyatul Mustarsyidin dijelaskan, Ada sekelompok orang membaca Alqur'an di dalam masjid dengan suara yang keras (lantang), ada yang merasa senang mendengarkan bacaannya, namun ada juga yang merasa terganggu. Atas dasar tersebut Sayyid Abdurrahman bin Muhammad bin Husain bin Umar al-Masyhur Ba'alawi pengarang kitab Bughyatul Mustarsyidin tersebut berpendapat.

Dasar Hukum

جماعة يقرأون القرآن في المسجد جهراً ، وينتفع بقراءتهم أناس ، ويتشوّش آخرون ، فإن كانت المصلحة أكثر من المفسدة فالقراءة أفضل ، وإن كانت بالعكس كرهت. اھ.

sekelompok orang membaca Al-Qur'an didalam masjid dengan suara yang keras atau lantang. Sebagian dari mereka mengambil manfaat dari ngajinya. Tetapi sebagian lainnya ada yang merasa terganggu. Jika maslahatnya lebih banyak dari mafsadatnya, maka baca Al-Qur'an itu lebih utama, sedangkan apabila sebaliknya (lebih bayak yang merasa terganggu) maka hukumnya makruh.

Kedua. Dijelaskan dalam kitab Bulghatut Tullab. Dimakruhkan membaca Alqur'an dengan suara yang keras didekat orang yang hendak tidur, apabila orang yang hendak tidur tersebut merasa terganggu. Bahkan hukumnya bisa haram apabila orang tersebut merasa sangat terganggu. Sehingga wajib dicegah.

يكره الجهر بقراءت القرآن أو الذكر بقرب مريد النوم إن تأدى به، بل يحرم إن كثر به التأدى فيمنع منه حينئذ

Atas dasar literasi arab diatas, dapat disimpulkan.

Pertama ; Apabila pengeras suara tersebut (baik digunakan shalat tarawih atau tadarus) banyak yang mengambil manfaat, maka hukumnya sangat dianjurkan.

Kedua; apabila lebih banyak yang merasa terganggu, namun masih ada yang mengambil manfaat, maka hukumnya makruh

Ketiga. Bisa saja haram apabila sangat menggangu orang lain.

Sekedar saran, akan lebih baik apabila menggunakan pengeras suara luar dibatasi sampai jam 22.00 WIB agar orang yang tidur tidak terganggu, mengingat jam 02.30 WIB masyarakat pada umumnya akan kembali bangun untuk bersahur. Begitupun juga ketika ada yang lebih dulu selesai shalat tarawih, agar tidak buru-buru tadarus menggunakan pengeras suara, hawatir orang yang belum selesai tarawih terganggu 

Terima kasih 

Wallahu A'lam 

Berbagi

Posting Komentar