almiftah.id - Sudah dipahami bersama, bahwa umat Islam disunnahkan berpuasa enam hari dibulan Syawal, hal ini berdasarkan hadits nabi Muhammad SAW ;
ْمَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ اَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
Barang siapa yang berpuasa Ramadhan, kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawwal, maka baginya pahala puasa selama satu tahun.
وعن ثوبان - رضي الله تعالى عنه - قال: قال النبي - صلی الله عليه وسلم: صِيَامُ شَهْرِ رَمَضَانَ بِعَشْرَةِ أَشْهُرٍ وسِتَّةُ أَيَّامٍ بَعْدَهُنَّ بِشَهْرَيْنِ، فَذَلِكَ تَمَامُ سَنَةٍ
Dari Tsauban r.a., beliau berkata, Nabi SAW bersabda: puasa sebulan Ramadhan itu sama dengan puasa 10 bulan. Dan 6 hari syawal itu sama dengan 2 bulan, dan kesemuanya sempurna satu tahun.
Lalu bagaimana pendapat para ulama bagi seseorang yang menginginkan puasa 6 hari di bulan Syawal namun masih memiliki tanggungan qodho' puasa Ramadhan?!
Dalam hal ini setidaknya ada 3 pendapat ulama dalam kitab Bughyatul Mustarsyidin:
(مشألة: ك) ظَاهِرُ حَدِيْث "وَأَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ" وغَيْرِهِ مِنَ الأَحَادِيْثِ عَدَمُ حُصُولِ السِّتِّ إذَا نَوَاهَا مَعَ قَضَاء رَمَضانَ
Secara dhohir, hadits "Wa Atba-ahu Sittan min syawwal" dan lainnya, tidak menghasilkan pahala enam hari (puasa Syawal) apabila niatnya bersamaan dengan qodho' puasa Ramadhan.
لكِنْ صَرَّحَ ابنُ حَجَرٍ بِحُصُولِ أَصْلِ الثَّوَابِ لِإِكْمَالِهِ إِذَا نَوَاهَا كَغَيْرِهَا مِنْ عَرَفَةَ وعَاشُوراء
Akan tetapi Ibnu Hajar menerangkan, mendapatkan pahala bagi yang menyempurnakannya apabil puasa Sunnah tersebut diniati dengan lainnya dari puasa arofah dan asyira'
بَلْ رَجَّحَ (م ر) حُصُول أصْلِ ثَوَابِ سَائِر التَّطَوُّعَاتِ مَعَ الفَرْضِ وإنْ لَمْ يَنْوِهَا, مَالَم يُصَّرِفْهُ صَارِفٌ, كَأَن قَضى رَمَضَانَ في شَوَّالٍ وقَصَدَ قَضَاء السِّتِّ مِنْ ذِي الْقَعْدَةِ
Bahkan Imam Ramli mengunggulkan, tetap mendapatkan beberapa pahala puasa sunah serta puasa fardhu, meskipun puasa sunnahnya tidak diniati selama tidak terbelokkan arah ibadahnya seperti ia niat puasa qadha ramadhan di bulan syawal dan ia niati sekalian puasa qadha 6 hari di bulan dzulhijjah.
ويُسَنُّ صَومُ السِّتِّ وإنْ أفْطَرَ رَمَضَانَ اھ قلت: واعتمد أبُو مخرمة تَبعًا للشنهودي عَدَم حُصُوْلِ وَاحِدٍ مِنْهما إذَا نَوَاهما مَعًا , كَمَا لَوْ نَوى الظُّهْرَ وسُنَّتَهَا, بَلْ رَجَّحَ أَبُو مَخرَمة عَدَمَ صِحَّةِ صَوْمِ السِّتِّ لِمَنْ عَلَيْهِ قَضاءُ رَمَضَأنَ مُطْلَقًا
Disunahkan menjalankan puasa 6 hari di bulan Syawal meskipun ia memiliki tanggungan qadha karena ia pernah tidak puasa di bulan ramadhannya.
Imam Abu Makhromah yang mengikuti pendapat Imam As-Samhudi mengukuhkan tidak sah salah satu keduanya ketika diniati secara bersamaan, seperti niat shalat dhuhur dan sunnahnya.”
Bahkan Imam Abu Makhromah mengunggulkan tidak sahnya puasa 6 hari (bulan Syawal) bagi orang yang memiliki kewajiban qodho' puasa Ramadhan
Wallahu A'lam