BAB II
Puasa Ramadhan
Puasa dalam istilah ulama kita disebut dengan Syariah Qadimah, atau ajaran yang juga diberlakukan oleh Allah SWT kepada umat-umat terdahulu, bukan hanya umat Rasulullah Muhammad SAW.
- Perintah Puasa Ramadhan
Dalil Al-Quran
يا أيها الذين آمنوا کتب عليكم الصيام كما كتب على الذين من قبلكم لعلكم تتقون
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (Al-Baqarah: 183)
Dalil Hadits
قال أخْبِرْنِى ما فَرَضَ الله علىٌَ مِن الصيام فقال صلى الله عليه وسلم ( شهرَ رمضانَ ، إلا أن تطوَّعَ شيئا )
Sahabat bertanya: “Kabarkan kepada saya apa yang diwajibkan bagi saya untuk puasa?" Nabi menjawab: “Puasa bulan Ramadhan, kecuali jika engkau berpuasa sunah” (HR Al-Bukhari)
- Definisi Puasa Ramadhan
الصيام فى اللغة الإمساك ويُسْتَعْمَلُ في كل إمساكٍ يُقَال صام إذا سكتَ. وفي الشرع إمساكٌ مخصوصٌ عن شيءٍ مخصوصٍ في زَمنٍ مخصوصٍ من شخْصٍ مخصوصٍ (المجموع ج ٦ / ص ٢٤٧)
“Shiyam (Shaum/ puasa) artinya adalah menahan diri. Setiap bentuk menahan diri dan diam disebut Puasa. Secara pandangan Syariat, puasa adalah menahan diri dari hal-hal tertentu (yang membatalkan puasa), di masa tertentu (Ramadhan) dan orang tertentu" (Imam An-Nawawi, Al-Majmu' 6/247)
- Disyariatkannya Puasa Ramadhan
Puasa Ramadhan disyariatkan pada tahun kedua setelah Nabi SAW hijrah ke Madinah, seperti disampaikan para ulama kita:
صَامَ رسول الله صلى الله عليه وسلم رمضان تِسْعَ سِنِيْنَ لأنه فُرِضَ في شعبانَ في السَّنَةِ الثانية من الهجرة. وتُوُفِّيَ النبيُّ صلى الله عليه وسلم في شهر ربيع الأولِ سنةَ إحدَى عشرة من الهِجْرَةِ (المجموع ج ٦ / ص ٢٥٠)
“Nabi SAW berpuasa Ramadhan sebanyak 9 kali. Sebab puasa Ramadhan diwajibkan pada bulan Sya'ban tahun kedua Hijriyah. Dan Nabi SAW wafat pada Rabiul Awal tahun 11 setelah Hijrah" (Imam An-Nawawi, Al-Majmu', 6/250)
- Siapa Yang Wajib Puasa?
قال المصيف رحمه الله ويَتَحَتَّمَ وُجُوْبُ ذَلِكَ على كل مسلمٍ بالغٍ عاقلٍ طاهرٍ مقيمٍ (المجموع ج ٦ / ص ٢٥٢)
Syaikh Asy-Syairazi berkata: “Puasa Ramadhan diwajibkan bagi setiap Muslim yang dewasa, berakal, suci dari haid dan nifas, mampu melakukan puasa dan tidak dalam perjalanan” (Imam An-Nawawi, Al-Majmu', 6/252)