Masail Niat Puasa Ramadhan

Mutiara Hikmah
Oleh : KH. Ali Maksum

Ilustrasi

Sudah masyhur kita ketahui bahwa puasa merupakan rukun yang ketiga dari rukun-rukun Islam, sehingga seorang muslim yang telah masuk kategori Mahkum Alaih (seseorang yang telah dikenai khitab Allah) wajib hukumnya mengerjakan perintah Allah dan menjauhi larangannya, termasuk dalam hal ini menunaikan ibadah puasa di bulan Ramadhan.

Sedangkan yang tidak dikenai khitab Allah seperti anak kecil, orang gila, termasuk juga orang yang telah lanjut usia sehingga tidak mampu berpuasa, atau orang sakit yang tidak bisa diharap sembuh kembali, maka golongan tersebut tidak diwajibkan menunaikan puasa Ramadhan.

Puasa secara bahasa mempunyai arti menahan (Al Imsaku), sedang menurut Syara’ adalah menahan diri dari segala sesuatu yang bisa menyebabkan batalnya puasa dengan syarat-syarat tertentu, (Fathul Mu’in).

Perintah kefarduan puasa ramadhan turun pada bulan Sya'ban tahun 2 Hijriyah, setelah Nabi Muhammad hijrah dari Makkah ke Madinah, Rasulullah sendiri melaksanakan puasa Ramadhan sebanyak 9 kali selama hidupnya. Hal ini dihitung dari jumlah menetapnya Rasulullah di Kota Madinah yaitu berkisar 10 tahun. (I’anatut Thalibin II/215)

Seperti ibadah-ibadah lainnya, syarat, rukun, dan yang merusak (membatalkan) juga ada dalam puasa. Sehingga dipandang perlu untuk menjabarkan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan ibadah puasa, khususnya puasa Fardu.

Masalah Niat. Niat merupakan bagian dari rukun dalam puasa Fardu, sering kita jumpai masih banyak yang masih belum paham betul dalam berniat puasa fardu, sehingga memunculkan banyak persoalan-persoalan dalam melaksanakannya.

Persoalan pertama ; Syarat yang harus ada dalam niat puasa ramadhan ada tiga :

١. نويت ٢. الصوم ٣. رمضان

Tiga kalimat tersebut harus ada dalam niat puasa Ramadhan, sebab menentukan (ta'yin) dalam menunaikan puasa wajib termasuk bagian dari syarat berniat, sehingga jika tidak ditentukan (tidak mengucapkan ramadhan) maka tidak mencukupi syarat dalam berniat. hukum yang sama juga berlaku untuk puasa wajib lainnya seperti puasa nadzar, kaffarat dan lain sebagainya. (Kasyifatus saja)

Paling sedikinya (minimal) niat dalam puasa Ramadhan sebagai berikut :

نويت صومَ رمضانَ 

"Saya berniat puasa ramadhan".

Sedangkan paling sempurnanya niat ramadhan ialah :

نويت صوم غدٍ عن أداء فرض رمضان هذه السنة لله تعالى

"Saya berniat puasa esok hari untuk penunaian kewajiban puasa Ramadhan di tahun ini karena Allah ta'ala".

Menyertakan lafadz Fardhu dalam niat puasa Ramadhan tidak disyaratkan. Salah satu alasan tidak diwajibkan menyertakan Fardho disebabkan puasa Ramadhannya orang yang baligh itu sudah jelas kefarduannya, sehingga tidak diwajibkan lagi menyertakan fardhu dalam niatnya (Fathul Mu’in).

Begitu juga Menyebut kata غدا  tidak dianjurkan. Maka tidak sah jika dalam niat hanya menyebut “ghadan” saja tanpa menyebut kata Ramadhan atau puasa wajib lainnya, contoh نويت صوم غدٍ  hal ini tidak mencukupi syarat dalam niat puasa fardu seperti ramadhan atau puasa wajib lainnya (Kasyifatus Saja).

Adapun puasa Sunnah maka sah dengan berniat puasa saja. Akan tetapi sepantasnya menentukan (atta'yinu) pada puasa Sunnah yang berurutan, seperti puasa Arofah, Asyuro’ hari-hari putih (tanggal 13, 14, 15 perbulan), Syawal, dan lain sebagainya. (Kanzul Rhogibiin)

Persoalan kedua ; Menginapkan niat (at-tabyiit).

Dalam puasa fardu seperti puasa ramadhan atau nadzar disyaratkan menginapkan niat, yakni melafalkan niat dimalam hari antara matahari terbenam hingga terbit fajar (Qoul mu’tamad). Sedangkan pendapat muqobil (pembanding) dalam kitab i'anatut Thalibin berniatnya dimulai sejak nisful akhir minal lail (separuh malam yang akhir), sebab hal itu lebih dekat dengan kategori ibadah. (II/250).

Maka tidak sah puasanya jika ada seseorang yang niatnya dilaksanakan setelah fajar menurut ulama Syafi’iyah. 

قال النبي صلى الله عليه وسلم من لم يجمع الصيام قبل الفجر فلا صيام له

"Barang siapa yang tidak mengambil keputusan untuk berpuasa sebelum fajar, maka tidak ada puasa baginya".

Persoalan ketiga ; Berniat puasa setiap malam selama bulan Ramadhan. 

ketika ada kesibukan terkadang membuat kita lupa untuk niat puasa pada malam hari. Solusinya untuk mengantisipasi hal tersebut para ulama menganjurkan niat puasa satu bulan penuh di malam pertama ramadhan. Hal ini ditujukan apabila suatu hari seseorang lupa untuk niat, maka puasanya tetap sah karena dicukupkan dengan niat satu bulan penuh tersebut dengan syarat harus taqlid (mengikuti) pada madzhab Maliki. Niatnya sebagai berikut:

نويت صومَ جَمِيعِ شَهْرِ رمضانِ  هذه السنةِ تَقْلِيْدًا لِلْإِمامِ مالكٍ فرضًا الله تعالى

Yang perlu diperhatikan, niat satu bulan penuh tersebut hanya sebatas antisipasi apabila lupa tidak niat puasa. Sehingga untuk setiap malamnya tetap diwajibkan niat seperti biasa, sebagaimana pendapat madzhab Syafi’i.

Tempatnya niat dalam hati, Maka tidak cukup jika hanya mentalafudkan (melafalkan dengan lisan) saja tanpa berniat didalam hati, namun disunnahkan mentalaffudkannya agar lisan dapat membantu hati.

Persoalan keempat ; Bersahur namun tidak berniat sebagaimana mestinya.

Jika ada seseorang bersahur untuk berpuasa atau minum untuk menolak lapar (atau) haus disiang harinya Atau mencegah makan, minum, atau jimak  karena takut fajar shodiq muncul (subuh). Maka hal itu termasuk niat dengan syarat didalam hatinya terlintas keinginan berpuasa ramadhan disiang harinya dan juga lintas sifat-sifat kewajiban dalam niat puasa yang telah dipaparkan diatas. Alasan termasuk niat :
لتضمن كل منها قصد الصوم...

Karena masing-masing dari hal tersebut mengandung tujuan puasa. (Kasyifatus saja). Wallahu a'lam.

Berbagi

1 komentar

  1. Unknown
    ❤️❤️